BANDA ACEH – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dinisiasi oleh Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda Banda Aceh menggelar rapat koordinasi (Rakor) dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) 01 Aceh dan Pusdalops Aceh.
Rapat koordinasi dihadiri langsung oleh Kepala BMKG Provinsi Aceh, Nasrol Adil dan Ketua RAPI Aceh, Rahmat Thalib turut pula dihadiri oleh tim Pusdalops Provinsi Aceh dan juga pimpinan struktural maupun operasional dari masing-masing instansi/lembaga terkait.
Rapat koordinasi ini merupakan upaya pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Zero Victims, mengingat semakin meningkatnya kejadian bencana alam terutama yang terjadi di Provinsi Aceh.
Berdasarkan data yang diterima oleh Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa hingga pertengahan Kwartal ketiga tahun 2021, Provinsi Aceh menduduki peringkat pertama nasional kejadian bencana hidrometeorologi terbanyak berupa banjir.
Hal ini sudah sepatutnya dan harus menjadi perhatian kita bersama terutama dalam penyusunan langkah-langkah mitigasi, terlebih juga dipengaruhi berbagai aspek uncertainty (ketidakpastian) akibat anomali cuaca dan kondisi dinamika atmofer yang kian unik dan dinamis,” ungkap Nasrol, melalui keterangan tertulisnya yang diterima, gentalamedia.com, Senin (16/8/2021).
Hingga kwartal kedua tahun 2021 (periode Januari-Juni), Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat sudah terjadi sebanyak 365 kejadian bencana alam dengan lebih dari 90 persen diantaranya yaitu kejadian bencana alam hidrometeorologi yang didominasi oleh Banjir, Longsor, Angin Putting Beliung, dan Karhutla.
Lanjut Nasrol, BMKG saat ini terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas penyebaran informasi cuaca, baik berupa prakiraan ataupun peringatan dini untuk dapat diterima oleh stakeholder BMKG maupun masyarakat secara langsung. Hari ini (Senin) saja, BMKG Aceh sudah mengeluarkan dan mengirimkan informasi peringatan dini cuaca ektrem untuk 19 kota kabupaten di Aceh, akan terus kami pantau dan kami usahakan agar informasi ini dapat diterima secara langsung oleh masyarakat.
Informasi secara real-time ini juga dapat diakses langsung melalui aplikasi berbasis mobile Info BMKG ataupun melalui kanal-kanal resmi baik website ataupun media sosial BMKG”, lanjut Nasrol.
Melihat potensi bencana yang ada, RAPI sebagai organisasi kemasyarakatan di bidang komunikasi radio antar penduduk Indonesia, yang membantu pemerintah dan masyarakat untuk menerima dan menyalurkan berita-berita darurat juga mengambil langkah sigap yang juga sebagai upaya mendukung Indonesia zero victims.
“Kita akan terus berupaya agar informasi kebencanaan yang dikeluarkan oleh BMKG dapat diterima secara langsung oleh masyarakat, konsekuensinya kami akan terus membangun dan meningkatkan kerjasama dengan operator jaringan telekomunikasi terutama radio dalam mendukung diseminasi informasi kebencanaan berkelanjutan, termasuk didalamnya program broadcast/ataupun breaking news informasi kebencanaan aceh,” imbuh Rahmat.
“Kami juga bertekad untuk dapat menyelamatkan orang banyak, karena jika kita berbicara kebencanaan kita tidak hanya berbicara materi, tetapi lebih kepada kemanusiaan. Kami juga akan melakukan sosialisasi dan merangkul seluruh stakeholder untuk bekerja sama, sehingga usaha kita mewujudkan keselamatan dapat dicapai”, lanjut Rahmat.
RAPI saat ini juga sedang menyiapkan terobosan dan lompatan dengan berbagai program unggulan seperti mempersiapkan server interface yang diharapkan dapat menjadi produk penyiaran unggulan diseminasi informasi kebencanaan.
Selain itu, RAPI juga kini membangun sistem informasi kebencanaan yang dapat menjangkau seluruh Aceh, sistem ini akan terintegrasi secara real-time dengan BMKG sebagai penyedia informasi kebencanaan.
“Sebagai upaya untuk mewujudkannya, saat ini BMKG dan RAPI tengah mematangkan konsep kerja sama yang nantinya akan tertuang dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BMKG dan RAPI yang direncanakan akan disepakati dalam waktu dekat, kami juga berharap berbagai program kerja dan terobosan ini mendapatkan perhatian dan dukungan baik moril maupun materil terutama dari pemerintah Aceh,” pungkas Rahmat.
Menutup rapat koordinasi ini, Nasrol juga berharap akan terwujud sebuah langkah pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada kegiatan partisipatif dalam melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian, serta aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan sebagai upaya mewujudkan masyakarat/komunitas yang sadar bencana guna mengurangi risiko dan peningkatan mitigasi untuk keselamatan masyakarat Aceh.
Komentar Pembaca